17 Maret 2008

Hafalan Shalat Delisa


Assalamualaikum,,

2 hari yang lalu pas za jemput Teteh,, ternyata teteh lagi nangis,, dengan sejuta gaya za sok-sokAn nanya,, "Knapa teh?? ada yang gangguin?? Kalo anaknya belagu,, sini deh iza yang hadepin!!" (Hahahaha...).. Ternyata eh ternyata,, si teteh lagi baca Novel Hafalan Shalat Delisa.. Katanya,, za wajib baca!! Pencerahan sekaligus cermin sejauh mana kesadaran kita dalam Ibadah pada Allah..

Ternyata bener banget,, za kesentil ama novel ini, padahal za baru baca halaman pertama.. Ngerasa males bangun buat shalat,, malah jarang bgt baca doa bangun tidur,, hahahaha.. Pokoknya setelah baca novel ini za jadi inget gimana dulu waktu kecil za belajar bacaan shalat,, ngerasa kalah ama anak kecil kalo lagi dikasi cobaan ama Yang Diatas,, ngerasa belom bisa ikhlas dalam segala hal,, malu lah,, tapi novel ini bener-bener jadi pencerahan buat siapa aja yang baca..

Ceritanya berlatar seputar Tragedi Tsunami di Aceh Desember 2005 silam. Menceritakan tentang Keluarga Bahagia dengan 4 anak perempuan (Cut Fatimah, si kembar Zahra dan Aisyah, serta si bungsu Delisa) yang kehidupannya penuh dengan nuansa Islami.. Delisa punya tugas dari sang Guru untuk menyelesaikan Hafalan Shalatnya. Ummi Delisa punya kebiasaan memberikan kalung emas bagi putrinya apabila berhasil menghafal bacaan Shalat,, dan untuk itulah Delisa selalu bersemangat belajar,, walaupun bacaan Shalatnya serik kebolak-balik.. Saat ujian didepan sang Guru,, si manis Delisa mencoba khusyuk sesuai dengan ajaran Guru ngajinya, sampai-sampai saat Tragedi nahas itu menenggelamkan Lhok Nga,, Delisa tetep khusyuk membaca bacaan Shalat sampai akhirnya ia tak sadarkan diri...

Dari Novel ini ada hikmah yg bs za ambil:
Kita bs belajar semua arti hidup dari siapapun,, termasuk si Gadis kecil Delisa yang ngajarin kita arti ikhlas menerima semua yang Allah kasih.. Sabar dan Ikhlas itu kuncinya..
Za jadi inget nasehat Mpah (panggilan za untuk Ayah tercinta),, "Sesungguhnya Cobaan Datang Untuk Meningkatkan Derajat Kita Di Mata Allah".

Mpah,, Mah,, Pik,, Pim,, iza Cinta kalian semua karena Allah..

10 Maret 2008

Hidup Penuh Syukur

Tulisan ini za kutip dari filenya teteh,,
Semoga bermanfaat..

"Hidup bukanlah sekedar menghitung apa yang kita miliki, namun yang lebih penting melihat apa yang telah kita beri "

Sahabat, jangan pernah mengukur kesuksesan berdasar apa yang kita miliki, berapa uang dalam dompet kita, semewah apa rumah kita, sebanyak apa mobil yang kita miliki. Tapi cobalah hitung seberapa banyak dan seberapa baik pemberian kita pada sesama.
Syukur adalah terima kasih, apa yang kita terima maka akan kita berikan. Hakikat dasarnya saat misalkan sekarang saya memiliki sebuah arloji kemudian Anda menitipkan arloji Anda pada saya. Suatu saat saya bertemu anak saya yang meminta arloji pada saya. Lalu mana yang saya berikan? Pastinya arloji saya bukan? Saya tidak mungkin memberikan arloji titipan Anda pada anak saya. Artinya ternyata kita hanya memberi apa yang kita miliki, tak pernah kita memberi sesuatu yang bukan milik kita yang dititipkan pada kita.

Sama halnya dalam kehidupan. Anda hanya akan memberi apa yang Anda miliki, tidak dengan yang berupa pinjaman. Maka jika anda ingin menghitung berapa uang yang Anda miliki, hitunglah berapa banyak uang yang telah Anda sedekahkan. Dan uang yang sekarang masih ada dalam dompet Anda itulah uang yang harus anda gunakan secara bijaksana karena itu cuma titipan. So... kekayaan sejati tak pernah dihitung berdasar apa yang sekarang anda punya tapi lebih apa yang telah Anda beri. Itulah manusia penuh syukur, manusia yang mengenal sukses sejati.


Nah,, dari pencerahan ini za bisa ambil kesimpulan "Jangan ngerasa Minder dan jangan pernah Malu kalo kita gak punya apa-apa,, kita boleh saja Minder dan Malu selama kita belom bisa ngasi apa-apa buat lingkungan disekitar kita ampe saat ini.."

Assalamualaikum

Bismillahirohmanirrohim,,

Dulur,, sim kuring nyobian ngadamel blog yeuh..
Mugia blog ieu masihan seeur manfaat,, khususna ka diri pribadi,, utamina kanu maca ieu blog..

Jabat Erat,,
You'll Never Walk Alone
(Kamu Tak Pernah Jalan Sendiri)